3 min read

Menikahnya Buru-Buru

Menikahi seorang perempuan artinya melibatkan orang lain, setiap tindakanku sudah pasti istriku akan terlibat. Sungguh bernasib sial bila seorang perempuan baik-baik dinikahi oleh seorang pria berengsek.

Secara teknis, menikah itu mudah saja, apalagi orang tuamu kaya raya. Minta saja uang pada mereka untuk menikah di tempat yang megah, paling tidak biaya untuk mahar pada calon istri, dan kebutuhan resepsi.

Kehidupan setelah menikah pun sederhana saja, tinggal mencari rumah kontrakan, atau paling tidak minta satu ruangan di rumah orang tuamu untuk kamu tinggali bersama istri tercinta, rayu saja orang tuamu dengan calon cucu yang akan kamu generasi untuk mereka.

Tak perlu memiliki pekerjaan yang hebat dengan gaji yang fantastis, gaji di bawah UMR pun tidak masalah, toh rezeki itu sudah diatur Tuhan! Bila gajimu kurang, masih bisa minta ke orang tua. Tidak perlu malu, kan demi anak dan cucu tercinta.

Menikah itu harus, sebab malu pada teman-teman yang sudah menikah lebih dulu dari kamu! Lihatlah teman-temanmu yang sudah menikah dan memiliki anak? Betapa bahagianya mereka dengan keluarganya.

Menikah itu sudah pasti bahagia, tidak mungkin tidak. Angka perceraian yang tinggi di beberapa daerah di Indonesia ini anggap saja mereka hanya bernasib sial. Mereka yang miskin setelah menikah pun anggap saja mereka tidak pandai melobi orang tuanya. Tidak usah pedulikan itu, menikah kan untuk menghindari zinah.

Urusan yang tidak penting seperti asuransi, anak, tempat tinggal, kendaraan, dan parenting itu jangan terlalu dipikirkan. Nanti saja, yang penting menikah dulu. Rezeki sudah ada yang mengatur, tak perlu usaha keras-keras, biarkan ia datang sendiri. Apalagi soal mendidik anak, hal sepele seperti ini tak seharusnya jadi penghalang!

Pada zaman teknologi 4.0 ini, mendidik anak itu mudah, belikan saja anakmu itu ponsel pintar dan pasang YouTube Kids di dalamnya, biarkan anakmu mendidik dirinya sendiri. Kamu tidak perlu repot-repot memerhatikan anakmu, karena dia sudah pasti anteng dengan guru barunya.

Bila masih terasa kurang, kamu bisa pasang aplikasi YouTube reguler. Tak usah peduli apa yang ditonton anakmu, ia lebih paham dari kamu. Ia bisa berakrobatik lebih lihai dengan komputer mininya dibanding kamu. Bisa saja ia sedang belajar feminisme, karena ia berpikir untuk membela Ibunya bila sang Ayah bersikap berengsek.

Jangan sekali-kali berani memisahkan anakmu dengan gurunya itu, bisa-bisa ia mengamuk tak terkendali, dan kamu tidak tahu harus apa. Lebih baik biarkan ia, dan kamu bisa pergi melakukan aktivitas yang lebih penting, seperti senda-gurau di WhatsApp grup alumni sekolahmu dulu.

Suatu waktu anakmu tak terkendali dan mencederai temannya, kamu hanya perlu minta maaf pada orang tuanya, namanya juga anak kecil sudah pasti begitu sikapnya. Kemudian ia beranjak menjadi remaja dan membuat onar, santai saja, anak di bawah umur acapkali tidak akan kena pidana.

Jika memiliki seorang anak masih belum cukup, kamu bisa menggenerasinya lagi. Tak perlu pedulikan semua kebutuhan yang ada, banyak anak, banyak rezeki, 'kan?

Lagipula memiliki seorang anak balita itu merupakan peluang bisnis. Zaman sekarang sudah ada hal semacam Instagram, dandani anakmu, rekam ia, dan biarkan uangnya mengalir. Ah, peduli setan dengan privasi anakmu itu, ia masih kecil dan tak mengerti hal semacam itu!

Kita harus menikah, sebab menikah adalah tujuan hidup kita diturunkan ke bumi ini. Sungguh sangat merugi orang-orang yang tidak menikah itu!

Ketika sudah menikah, maka hidup sudah selesai, tidak perlu berusaha melakukan kontribusi pada peradaban lagi. Sebab kamu sudah membuat sebuah pencapaian yang sangat luar biasa. Tidak semua orang dapat melakukannya.

Kamu juga dapat terus-menerus bertanya pada teman-temanmu yang belum menikah itu. Lihat saja kehidupan mereka yang menyedihkan tanpa pernikahan. Hanya banyak uang saja, tapi tidak menikah. Untuk apa kaya harta, tapi tidak memiliki keluarga!

Betapa pentingnya menikah, sampai-sampai banyak orang selalu menanyakan hal itu. Tidak peduli kamu sudah lulus kuliah, sudah memiliki rumah sendiri, atau sudah memiliki kendaraan sendiri, sebab menikah lebih penting dari semuanya!

Apalagi bagi seorang perempuan, untuk apa sekolah tinggi-tinggi yang ujung-ujungnya jadi istri dan bekerja di dapur. Perempuan itu tak perlu paham banyak hal, sebab tugasnya hanya sebagai pelayan suami saja! Biarkan suami yang bekerja mengandalkan ototnya yang kekar itu, urusan akal belakangan, yang penting otot dulu nomor satu.

Lagipula untuk apa memiliki suami yang pandai berpikir tapi tak bisa berkelahi, 'kan? Zaman sekarang itu zamannya berkelahi! Tak peduli masalahnya apa, yang penting berkelahi dulu. Bila salah, ya tinggal meminta maaf dong. Begitu saja dibuat repot!

Tidak perlu belajar science, tidak perlu mencari harta banyak-banyak, tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, hal-hal itu tidak akan dibawa mati!

Pesan terakhirku adalah menikah itu nomor satu, bila tidak percaya tanya saja pada nafsu birahimu. Tidak mungkin mereka akan menolaknya.