The array id Handbook: Mengapa Saya Dan Teman-Teman Membuat array id?

The array id Handbook: Mengapa Saya Dan Teman-Teman Membuat array id?

Karena hidup bukan hanya tentang seberapa yang kita dapat, tapi juga seberapa yang kita telah beri.

Beberapa tahun terakhir semakin banyak orang yang rajin berbagi hal-hal baik dalam konteks ilmu pendidikan, lebih tepatnya soal software engineering. Hampir di setiap platform yang saya kunjungi pasti ada saja yang berbagi pengetahuan soal software-engineering, entah itu yang praktikal atau hanya sekadar teori – keduanya sama-sama baik.

DALL·E 2022-10-16 18.42.01 - brain with tree roots style, digital art.png

Komunitas software engineering di Indonesia pun semakin bertumbuh dan semakin ramai. Setiap komunitas yang kami masuki, jarang sekali sepi audience. Hampir setiap jamnya ada orang yang berdiskusi, bertanya, atau berbagi sumberdaya dari platform lain.

Dalam pengataman saya sejauh ini, semakin tinggi populasi dalam suatu komunitas (software engineering), semakin besar pula potensi komunitas itu disusupi oleh orang-orang 'sok pintar'. Orang-orang semacam ini biasanya bila ada yang bertanya, bukannya dijawab tapi malah di-bully. Hal yang ini yang menjadi keresahan utama saya selama ini.

Tindakannya seringkali terlihat sepele, hanya mengeluarkan kata umpatan melalui papan ketik yang digunakannya. Tapi akibatnya bisa membuat orang kehilangan semangat belajar. Bila hal ini terus terjadi, komunitas yang seharusnya menjadi tempat belajar bersama-sama, malah menjadi tempat yang paling dihindari.

Ketika sadar saya ini hidup di negara yang memiliki indeks pendidikan rendah, maka seharusnya bukan hal yang ajaib – kecewa tapi tidak terkejut. Di balik itu, masih banyak sebenarnya komunitas-komunitas dengan populasi yang ramah.

Komunitas juga seringkali menjadi hal kedua yang dicari oleh para pemula yang hendak belajar setelah mencari materi untuk dipelajari. Banyaknya sumber daya belajar software engineering di internet, menjadikan banyak orang tertarik belajar soal software engineering dengan metode self-taught.

Akhirnya orang-orang ini akan mencari komunitas yang bisa diandalkan untuk menampung pertanyaan-pertanyaan mereka. Bisa dibayangkan orang yang baru belajar, bertanya, dan malah di-bully. Dengan seperti itu, array id juga ingin menjadi alternatif komunitas yang menyediakan sumber daya belajar dan juga menjadi komunitas yang ramah untuk pemula.

Saya ketika membuat materi belajar selalu mengasumsikan bahwa saya sedang mengajari teman sebaya saya. Maka dari itu juga orang-orang yang berada dalam komunitas array id saya sebut dengan 'teman-teman'. Agar tidak terdapat 'gap' yang menimbulkan rasa 'tidak enak' ketika hendak bertanya atau mendebat sesuatu yang seharusnya dikoreksi. Feodalisme dalam proses belajar sudah tentu array id tolak.

Perlu ditegaskan, array id hadir bukan karena NIH syndrome dari saya atau pengurus lainnya, melainkan semata-mata ingin berkontribusi meningkatkan kualitas sumber daya manusia di negeri ini.

Internet di Indonesia ini banyak 'disusupi' oleh konten-konten yang tidak baik bahkan cenderung merusak kualitas generasi muda. Mulai dari video soal perundungan dengan dalih becanda, video goyang-goyang yang nirfaedah, dan jenis-jenis konten yang merusak moral lainnya. Yang dikhawatirkan hal-hal seperti itu akan menjadi normal yang baru.

Saya percaya bahwa saya tidak pernah bisa menghapus konten-konten merusak yang ada di internet. Tapi setidaknya saya memiliki kemampuan untuk membuat konten-konten pedagogis. Bisa dibayangkan bila banyak orang membuat konten serupa seperti teman-teman array id, maka dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan bisa memiliki SDM yang lebih berkualitas.

Sejauh ini saya baru menjelaskan bahwa terciptanya array id karena dua alasan: sebagai komunitas alternatif yang ramah untuk pemula, dan juga meningkatkan kualitas SDM di Indonesia dengan membuat sumber daya belajar untuk masyarkat Indonesia tanpa adanya eksklusifitas dan dengan pendekatan belajar yang berbeda.

Software engineer seringkali disangkutpautkan dengan kerja cerdas, karena kerjanya sangat bertumpu pada kemampuan otak. Pernyataan tersebut memang betul adanya, seorang software engineer mungkin kelihatannya hanya duduk saja, tapi di dalam otaknya sedang bekerja keras mencari jalan keluar untuk menyelesaikan suatu masalah dalam program yang dibuatnya.

Tapi seringkali ditemukan seorang (yang mengaku) software engineer dalam kehidupan sosialnya tidak merepresentasikan 'kerja cerdas' yang sering disematkan pada dirinya itu. Memang betul ketika bekerja benar-benar kritis, tapi dalam kehidupan sosial seringkali tidak kritis. Kamu bisa melihat teman kamu yang software engineer berapa kali membagikan berita bohong, atau berita yang tendensius. Atau ketika berargumen seringkali fallacies.

Hal tersebut juga yang menjadi keresahan saya lainnya untuk menciptakan array id yang bukan hanya membahas soal-soal software engineering, tapi juga menanamkan paham-paham kritis agar tidak demagog dan tidak feodal.

Eksklusifitas

array id tidak memproduksi sumber daya yang eksklusif, semua sumber daya yang saya dan pengurus lainnya ciptakan dapat diakses oleh siapa saja dan di beberapa platform yang saya dan teman-teman lainnya gunakan. Bukan berarti array id menolak atau bahkan membenci teman-teman kami yang membuat konten eksklusif. array id mendukung konten eksklusif dari teman-teman di dalam atau di luar array id selama konten tersebut bermanfaat untuk kehidupan manusia dan tidak melanggar hukum & norma-norma di Indonesia.

Bila pengurus atau teman-teman array id memproduksi konten eksklusif, ada beberapa yang perlu dipahami:

  • Bila pengurus membuat konten eksklusif, tidak boleh mengatasnamakan array id. Gunakan nama pribadi atau brand sendiri (bila punya)
  • array id hanya sebagai media promosi saja

Contoh

Nauval membuat konten tutorial berbayar, konten tersebut tidak boleh mengatasnamakan array id, harus mengatasnamakan Nauval sendiri atau brand yang ia punya. Namun Nauval boleh menjadikan array id sebagai media promosi, seperti potongan video atau beberapa bagian tutorialnya diunggah di Youtube array id atau di platform lain sebagai bentuk kontribusi ke komunitas dan bisa dijadikan media promosi juga.

Penghasilan

Penghasilan array id dari berbagi platform sepenuhnya masuk ke kas array id, tidak boleh digunakan untuk keperluan pribadi. Dana yang tersimpan di kas array id digunakan untuk keperluan menunjang keberlangsungan hidup komunitas ini, seperti:

  • Membayar sewa server setiap bulan
  • Membayar biaya promosi (bila ada)
  • Membayar domain setiap tahun
  • Berdonasi atas nama array id untuk bencana alam dsb
  • Pembuatan merch: baju, mug, buku, stiker, dsb

Sejauh ini penghasilan array id hanya dari Monetize Youtube dan juga donasi di platform Trakteer.

Platform

array id menggunakan beberapa platform untuk mempublikasi sumber daya dan keperluan lainnya, diantaranya:

Selain beberapa platform di atas, itu bukan milik array id atau (mungkin) milik array id namun sudah menjadi artefak.

Hirarki

Sejauh ini array id adalah komunitas yang masih kecil, hanya ada 2 pengurus inti di dalamnya dan belum terdapat hirarki yang begitu panjang. Hirarki ini ditentukan dengan banyaknya kontribusi di array id.

1. Nauval

Nauval sebagai presiden di array id, artinya ia yang bertanggung jawab penuh dengan apa yang diproduksi oleh array id.

2. Rizal

Rizal sebagai wakil Presiden array id, artinya ia yang bertanggung jawab penuh dengan apa yang diproduksi oleh array id menggantikan Nauval bila terjadi 'force majeure'

Masing-masing pengurus sudah pasti memiliki kegiatan di luar array id dan mungkin saja memiliki brand mereka sendiri. Jadi, perlu diingat bahwa apapun yang pengurus-pengurus array id lakukan di luar kegiatan array id maka itu menjadi tanggung jawab pengurus itu sendiri di kegiatannya tersebut.


Saya selalu berharap dengan membuat komunitas ini menjadi motivasi bagi diri saya sendiri dan teman-teman lainnya untuk terus berbagi dan berkontribusi dalam bidang pendidikan. Kadangkala saya berpikir, sebetulnya orang Indonesia bukan malas belajar, melainkan mungkin saja pendekatan cara belajar orang Indonesia yang agak berbeda. Jadi, di situlah saya dan teman-teman lain sebagai pengajar harus pintar-pintar cari akal agar konten pendidikan tidak menjadi membosankan.

Teruslah berbagi karena hidup bukan hanya tentang seberapa yang kita dapat, tapi juga seberapa yang kita telah beri.